NOTE: Tulisan ini hasil pengamatan semata, BUKAN pengalaman praktek nyata.
Kamu sering dengar kan banyak kasus investasi bodong dan portfolio diisi saham – saham gorengan? Yang likuiditasnya rendah, dan fundamentalnya ga jelas? Baca ulang yuk: Saham gorengan ciri – cirinya apa?
Kamu sudah tahu ya apa itu portfolio dan bagaimana cara menghitung kinerja portfolio. Untuk bisa lanjut ke pembahasan, kamu harus baca dulu nih: Cara Menghitung Kinerja Portfolio Yang Efektif.
LETS START!
Setelah kamu mengerti apa itu saham gorengan, kamu bakal ngerti kalau saham gorengan itu harganya mudah dinaik-turunkan oleh pihak tertentu dengan dana lumayan gede. Lumayan doang yah, karena saham gorengan itu ga bagus likuiditasnya.
Apa tujuannya? Coba lihat tabel di bawah ini:
Dari tabel di atas, misalnya sisa cash sebesar 10 juta dibelikan saham gorengan dengan kode: BAKWAN di harga 1000 sebanyak 10000 lembar, maka saham gorengan yang mudah dikerek harganya naik turun dibuat naik menjadi 10.000 per lembar. Alhasil kamu bisa lihat di akhir periode, nilai portfolio menjadi 192.000.000.
Di atas kertas ada untung 192 juta – 100 juta = 92 juta rupiah. Ini berarti untung sebesar (92 / 100) x 100% = 92%. Inget, ini di atas kertas lho. Kalau kamu beli saham gorengan, gimana cara jualnya? Kan ga likuid. Kalaupun bisa dijual, sulit menjual semuanya. jadi keuntungan kamu hanya bayang – bayang ilusi aja. Cara jualnya lihat bagian paling bawah (DISTRIBUSI)
Menggiurkan bukan? Daripada hanya untung 2% karena invest di saham yang berkualitas, maka dengan saham gorengan kinerja bisa mencolong, menarik perhatian banyak orang, dan makin banyak orang yang ingin invest dengan cara ini. Inilah cikal bakal investasi bodong. Bodong karena laporannya bagus, tapi ketika penarikan dana tidak bisa. Karena ya sahamnya gabisa dijual.
Nah kalau ada yang panik dan menjual saham BAKWAN dalam jumlah besar, mungkin banget lho harganya bukan hanya balik ke 1000, tapi ke 100. Coba hitung, kalau harganya turun ke 100:
Nah, kalau sahamnya turun ke 100, portfolio kamu bakal anjlok jadi 93 juta dari modal 100 juta. Kamu merugi 7 juta atau (-7 / 100) x 100% = -7%
Kebayang ga, kalau isi portfolio kamu itu 50% berisi saham gorengan seperti CIRENG, RISOL, BAKWAN, atau bahkan lebih? Ini pasti menggiurkan ketika produk ini ditawarkan ke orang yang ga ngerti sama sekali. Kapan lagi loh, modal 100 juta naik menjadi 325 juta dalam waktu singkat? Lihat tabel di bawah:
Mengerikan? BELUM. Karena ini portfolio nominal SANGAT SANGAT KECIL, hanya 100 juta. Kebayang ga sih snowball effect ketika ada 100 orang dengan dana 100 juta, 50 orang dengan dana 1 miliar, dan 2 orang dengan dana 10 miliar menjadi tertarik invest di potfolio gorengan ini Apalagi pake namanya keren: Indo Super Fund Rotation (ini MISAL yah, bukan nama fund sebenarnya hehe). Total dana ini sebesar (100 x 100 juta) + (50 x 1 miliar) + (2 x 10 miliar) = 80 MILIAR RUPIAH.
Dengan dana seperti ini, ada opsi 2:
- Goreng saham lebih banyak lagi, atau…
- Udahan, distribusi (jual) aja saham gorengan lamanya
Tapi kebanyakan sih milih nomor 1 karena: “kapan lagi dapet duit gampang” #upss
DISTRIBUSI
Ketika dana besar ini MASUK ke dalam portfolio, itulah kesempatan buat menjual saham – saham gorengan di portfolio. Dana baru yang masuk dipakai membeli saham gorengan, pemilik saham gorengan berhasil menjual saham gorengannya yang MUSTAHIL dilakukan di pasar. Hal ini bisa terjadi bergulung terus menerus hingga bubble, seperti yang kamu liat sepanjang 1 tahun belakangan ini (2019 – 2020).
KESIMPULAN
Hati – hati ya, kalau mau investasi itu harus lihat, returnnya itu masuk akal apa engga sih. Pelajari di artikel di bawah ini agar kamu terhindar dari investasi bermasalah ya. Sayangi uang kamu dengan paham investasi dengan benar. Baca: Investasi Bodong.
Jangan gampang tergiur, jangan beli kucing dalam karung. Maunya beli kucing eh malah dapetnya karung.
Pastikan pengelolaannya SETRANSPARAN MUNGKIN!
Yuk simak juga video mengenai saham gorengan di bawah ini:
