Photo by Artem Beliaikin from Pexels

PEDAGANG!

Yang namanya pedagang itu, jual lebih mahal dari harga belinya. Yang namanya pedagang itu, barangnya harus cepet muternya, tidak mati di gudang. Yang namanya pedagang itu dagangin barang yang banyak dicari orang.

Demikian pula kamu kalau sebagai trader saham, harus ingat dengan prinsip di atas.

Kamu sudah baca artikel sebelumnya: ‘5 Tips Bermanfaat Menghadapi Saham Anjlok 2020‘? Baca dulu, baru baca ke bawah ini ya.

Berikut adalah 4 strategi di kala market anjlok bagi kamu para trader (pedagang) saham:

1. Lihat Portfolio Kamu Sekarang.

Lagi cash 100% atau saham 100%? Sahamnya nyangkut lama apa nyangkut karena baru banget beli kecepetan? Trader itu dilarang nyangkut dan average down. Ini ibarat kamu pedagang di pasar, tapi nimbun barang yang ga laku dijual dan ga diminati orang. Ketika average down, kategorinya adalah spekulan / penadah, masak menadah barang ga laku?

Buat kamu yang terbiasa simpan barang yang ga laku, simak video penjelasannya di bawah ini ya:

Ini bertentangan dengan prinsip pedagang di pasar, mangga dua, tanah abang. Kok sering dilakukan?

2. Pelajari Metode Trend Following

Kalau pedagang, kan memang kerjaan sehari – harinya berdagang. Kamu? Mungkin kamu itu bos, pemilik perusahaan besar, lagi membangun startup, karyawan professionnal, dan sebagainya. Mana bisa berdagang setiap saat? Apalagi pas lagi senggang, lupakan. Karena kamu bukan full time pedagang, maka jangan yang buy low sell high, apalagi daytrade.

Dengan menguasai metode trend following, kamu hanya tunggu hingga ada saham – saham yang bottom reversal setelah market anjlok. Jangan asal beli, jangan asal ikutin feeling. Tunggu hingga ada pondasi kuat untuk rally baru kamu beli, jangan nyolong start. Biasanya kena penalty.

Cara melihat potensi rally itu jika terpenuhi kriteria di video ini.

Jika kamu tidak mendapat saham dengan kriteria pergerakan disini, maka jangan beli, nonton saja.

3. Trader Itu Pakai Teknikal, Bukan Fundamental

Jangan jadi trader bunglon, kalau saham naik jadi trader, kalau sahamnya turun berlagak investor. Naik dikit dijual, turun disimpen terus, bahkan ditambah terus. Ini pintu gerbang memiliki portfolio zombie, portfolio yang turun terus ga naik – naik bahkan di kala IHSG naik. IHSG naik aja portfolio turun, gimana kalau IHSG turun terus.

Itu sebabnya, trader wajib menguasai teknikal, Dan untuk kamu yang sesuai dengan point nomer 2 di atas, maka trend following adalah solusinya. Jangan bicara sahamnya sudah murah deh, karena yang dibilang murah di akhir tahun 2019 harganya tinggal setengah tuh sekarang:D

Portfolio kamu ga naik – naik? Mungkin ini sebab utamanya. (ada 4 rangkaian video, tonton semua ya)

Simak video ini dan temukan masalah terselubung di portfolio kamu

4. Skenario Cutloss & Trading Plan

Kamu kan pedagang. Pedagang itu mengenal ‘jual rugi’, apalagi buat barang ga laku dan kebetulan ada yang mau beli.

Nah, kamu kan disarankan untuk pelajari metode trend following, maka setiap ada posisi beli berdasarkan metode trend following, harus ada scenario cutloss. Mengapa? Karena akurasi itu bukan 100%, tapi 70 – 75%. Kebanyakan trader kehilangan semua akumulasi profit bahkan modalnya karena tidak melakukan cutloss. Trader tanpa strategi cutloss hanya akan menambah masalah dalam portfolionya dan lebih baik tidak usah trading sama sekali. Beli reksadana saham saja.

Cutloss adalah bagian penting dari trading plan. Trader saham itu harus punya trading plan. Ketika tidak punya trading plan, kamu tidak akan bisa berhasil.

If you fail to plan, you are planning to fail

Benjamin Franklin

Ini adalah prinsip bagi trader sukses, punya trading plan yang jelas, mulai dari cara beli, cara simpan, hingga cara jual baik untung maupun rugi. Kalau gamau rugi, deposito saja.

Simak cara membuat trading plan di video ini.

Free Newsletter

Segera daftarkan email anda ke mailing list kami untuk memperoleh informasi & rekomendasi saham terbaru via email setiap hari secara gratis (tanpa syarat apapun)

Pendaftaran berhasil - Cek email anda untuk proses verifikasi