Sumber : https://www.pexels.com/search/property/

Stock Split merupakan aksi pemecahan saham menjadi ukuran yang lebih kecil dengan harga yang lebih ‘murah’ daripada sebelumnya. Biasanya aksi ini dilakukan ketika harga saham sudah tinggi dan terasa mahal.

Karena harganya semakin mahal, maka semakin enggan para pelaku membeli saham tersebut.

Ini ibarat rumah – rumah modern kekinian, millenial dan new normal. Ukurannya biasanya kecil – kecil dengan harga kisaran 1 Miliar. Level psikologis.

Dulu 1 miliar bisa dapet tanah yang luasnya 100 meter. Sekarang hanya bisa dapat kisaran 50 meter. Jadi dengan ukuran yang sama 100 meter, sekarang harganya sudah 2,5 – 3 miliar.

Simpelnya gini :

Bayangin kavling tanah ukuran 10 x 10 meter dengan harga 1 Miliar (Rp. 10 juta / meter). Harganya naik terus mencapai 4 Miliar sekarang ini (Rp. 40 juta / meter) dan semakin mahal.

Developer akhirnya kesulitan untuk menjual, konsumen pun kesulitan untuk membeli. Maka dijual lah kavling yang lebih kecil dengan harga yang pastinya lebih murah. Harga per meter tentu tetap sama.

HARGA TANAH merefleksikan : Kapitalisasi pasar, Book value, Net profit.

HARGA TANAH PER METER merefleksikan : Harga saham per lembar, Book value per share, Earning per share.

UKURAN TANAH merefleksikan : Lot saham yang dimiliki.

Maka dengan stock split harga tanah turun, harga per meter tetap, unit tanah menjadi lebih banyak, penjual lebih gampang menjual dan pembeli lebih ‘rela’ membeli.

Jadi, menurut kamu siapa yang diuntungkan setelah stock split?

Pemegang saham besar agar bisa menjual saham lebih mudah? atau Pembeli saham ritel agar bisa beli ‘murah’ ?

Free Newsletter

Segera daftarkan email anda ke mailing list kami untuk memperoleh informasi & rekomendasi saham terbaru via email setiap hari secara gratis (tanpa syarat apapun)

Pendaftaran berhasil - Cek email anda untuk proses verifikasi