Krisis 2008 sudah 4 tahun berlalu. Sempat terbesit di kepala ketika itu, akankah krisis ekonomi tahun 1997 – 1998 kembali terulang? Pemikiran ini pasti pertama kali terbesit di kepala orang – orang yang berprofesi di pasar finansial, termasuk para investor. Siapa yang tidak takut, dana asing ditarik besar – besaran dari Indonesia, tersebar berita – PHK masal di seluruh dunia, perusahaan – perusahaan finansial asing berskala besar di Indonesia pun tidak sedikit yang melakukan PHK. Siapa yang tidak gemetar melihat kondisi itu? Seorang teman bekerja di sebuah investment banking menelpon, ‘hai, ini hari terakhir saya bekerja di sini, di singapura. See you in a better time’. Esok harinya, seorang teman menelpon dari perusahaan yang sama, ‘Hi, ini giliran saya. semoga karirmu lancar disana’. Seorang teman bercerita, koleganya di kantor dipanggil meeting, lalu tidak pernah kembali lagi ke meja. Siang hari semua barang – barang di meja kerjanya dirapikan dan dikirim via kurir ke rumahnya.
Apa yang ada di pikiran anda jika mengalami hal demikian? Tentu rasanya krisis 1997 – 1998 sebentar lagi akan terulang. Wah, coba bayangkan, dulu ketika 1997 harga rumah anjlok tidak rasional, orang yang punya uang dan berani membeli bisa berpeluang menjadi orang kaya dalam beberapa tahun kedepan. Kali ini harga saham di BEI yang anjlok tidak karuan. Beranikah beli? Sudah mempersiapkan tabungan yang banyak, adakah yang lenyap ditelan kasus Century? Ataukah uangnya lenyap ditelah perusahaan sekuritas yang saat itu tidak mampu mengelola manajemen ketika krisis?
Ya, jika dibayangkan kembali, memang saat itu orang yang ‘sial’ akan benar – benar ‘sial’ tertimpa tangga. Orang yang beruntung akan mendapat keuntungan yang sangat tinggi dalam 4 tahun terakhir ini. Setuju? Coba saja hitung kenaikan saham – saham dari akhir 2008 hingga akhir 2012 kemarin. Ternyata krisis itu hanya dialami oleh pasar modal Indonesia, tidak sampai menyeret sektor rill. Coba tanyakan teman – teman yang berprofesi jauh dari perdagangan uang, apa mereka merasakan krisis? What crisis? Apalagi yang tidak pernah membaca berita sekalipun, apakah mereka sadar akan adanya krisis? Apakah ketika 2008 mall terlihat sepi? Krisis hanya melanda perusahaan Amerika & Eropa dan terfokus utama pada industri finansial. Coba lihat berapa banyak bank asing yang akhirnya berganti nama. Coba lihat berapa bank akhirnya lenyap ditelan krisis. Untungnya, karena industri finansial di indonesia sudah belajar dari krisis 1997 dan relatif masih konservatif, dianalogikan naik mercedes, Amerika naik Ferarri, yang tabrakan itu pengemudi – pengemudi Ferarri. Sedangkan pengemudi Mercedes masih dibelakangnya, menonton saja dan terus melaju:)
Inilah fakta yang terjadi, tidak semua hal yang konservatif itu jelek, bahkan bisa lebih aman bukan? Inilah Indonesia, negara dari 5 negara yang tidak mengalami krisis ketika tahun 2008. Lihat grafik yang kami ambil dari The New York Times beberapa waktu lalu.
Negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar yang tidak mengalami resesi (grafik kiri atas) adalah Cina, India, Indonesia, Polandia, Australia. Tapi coba lihat laju pertumbuhan Poland dan Australia tidak sekuat Cina, India, &Indonesia. Bahkan bursa saham Indonesia mampu melampaui kinerja negara sepantarannya & melampaui level sebelum krisis terjadi, Luar biasa! (grafik kiri bawah).
Negara yang terkena krisis tapi berhasil pulih dengan cepat adalah South Korea & Brazil, sedangkan Amerika, Jerman, dan Kanada pulih lebih perlahan (grafik tengah – tengah).
Lihat grafik tengah atas, pertumbuhan GSP dunia terus meningkat pasca krisis 2008, bahkan tumbuh lebih tinggi daripada sebelum krisis. Logikanya, semua mengalami pemulihan bukan? Adakah yang belum mengalami pemulihan sama sekali? Ternyata ada, merekalah sang Troubled Economy, Inggris, Jepang, Prancis, Italia, dan Spanyol (grafik kanan – tengah). Hal ini direfleksikan oleh kinerja bursa saham yang terus melorot (grafik kanan bawah)
Apa kesimpulannya? Melihat pemulihan yang sedang terjadi saat ini, kondisi negara – negara maju masih belum ada pemulihan berarti serta Amerika yang hanya pulih perlahan, maka perekonomian dunia kembali berotasi ke negara – negara berkembang seperti China, India, dan Indonesia.
Tidak aneh bukan, banyak merk – merk asing bermunculan di Indonesia. Karena mereka tahu, ekonomi dunia saat ini ada di Asia, dan kita sudah di lokasi yang tepat:)