Jika kita lihat grafik di atas (disini kami akan bahas nilai tukar via teknikal, karena secara fundamental atau ekonomi, terlalu luas cakupannya) terlihat prinsip teknikal klasik berlaku di nilai tukar juga. Konsolidasi US Dollar di level 13000 dalam 2 tahun terakhir semata – mata hanya menguji support yang sebelumnya menjadi resisten kuat dari sejak tahun 2001! (lihat garis merah).

Jadi kecil kemungkinan Dollar kembali ke 13000 karena ini adalah fase tren naik, dan target pertama di 14000 telah tercapai sesuai dengan ulasan kami: ‘Memperkirakan Ruang Pergerakan US Dollar‘. Kenaikan US Dollar ke level 15000 hari ini menjadi (suka tidak suka) konfirmasi tren naik yang utama, dimana terbuka peluang terjadinya 2 hal yaitu:

  1. US Dollar Berpeluang kembali menguat menuju level penutupan tertinggi all time high di 15350 hingga 15480.
  2. Secara teknikal berbasis trend, tidak mustahil mencapai 15880.

Demikian ulasan kami secacra teknikal terhadap USD/IDR. Ingat, penguatan US Dollar kali ini hanya penguatan 8%an dari sejak awal tahun, berbeda total dengan krisis 1998 yang ketika itu dollar menguat tajam sekitar 700%-an. Angka level Dolar-nya boleh sama, tapi kondisinya berbeda. Lebih banyak mana, penjualan toyota Kijang tahun 1990an atau 2018 kali ini? Mungkin pertanyaan ini bisa meredam kepanikan yang terbentuk.

Harga barang jadi mahal dong? Inilah pentingnya bagi kita bersama – sama untuk perbesar ekspor & gunakan produk lokal. Dengan demikian, bersama – sama, produk lokal bisa berkembang memenuhi kebutuhan nasional, bahkan internasional, menjadikan ekspor lebih besar daripada impor:)

Oke, bagaimana dengan outlook fundamental? Melalui GS PRO, kami memberikan pandangan sebagai berikut:

Tim GS PRO masih melihat pelemahan rupiah masih akan terjadi seiring dengan faktor-faktor external seperti Tradewar, kenaikan Fed Rate, krisis ekonomi yg meledak di negara-negara emerging.

Seperti yg pernah kami bahas sebelumnya di private channel GS PRO, bahwa ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih solid dibanding krismon 98 krn byk yg menyamakan kurs saat ini hampir mencapai kurs saat krismon. Yang bisa kami katakan bahwa pelemahan ini lebih disebabkan pasar dunia sedang mencari equilibrium baru semenjak US menyetop Quantitative Easing (QE) dan saat ini menaikkan suku bunga. Dana-dana yg begitu besar yg tadinya memenuhi pasar keuangan dunia ketika QE saat ini terus kembali lagi ke US dan menyebabkan kurs negara-negara yg mempunyai hutang luar negeri yg besar dan ditambah current account deficit, menjadi tertekan.

Kondisi inilah yg membuat kami berfokus terhadap emiten-emiten yg memiliki pendapatan USD ataupun exportir. Emiten-emiten seperti ini adalah emiten batubara (ADRO, PTBA, INDY, ITMG, HRUM, UNTR), metal nickel dan timah (ANTM, INCO, TINS), CPO (AALI, LSIP, TBLA, SIMP, SSMS, DSNG), manufaktur yg pasarnya adalah export (INKP, TKIM, WOOD, SRIL). Untuk timing to entry, pastikan Anda sesuaikan dengan parameter teknikal karena aspek fundamental memiliki horizon lebih panjang, yakni minimal 1 tahun kedepan.

* Batubara biasanya mendekati musim dingin akhir tahun maka permintaannya akan meningkat sehingga membuat harga juga naik.
* CPO juga saat ini mendapat sentimen positif B20 yg efektif mulai Sep18

Cek juga kondisi CDS (Credit default swap) Indonesia yang tidak menunjukkan kepanikan di mata internasional. Cek di private channel GS PRO Anda.

Free Newsletter

Segera daftarkan email anda ke mailing list kami untuk memperoleh informasi & rekomendasi saham terbaru via email setiap hari secara gratis (tanpa syarat apapun)

Pendaftaran berhasil - Cek email anda untuk proses verifikasi