Golden cross dan death cross. Pernahkah kamu mendengar kata tersebut ketika seseorang sedang menganalisis sebuah saham? Biasanya kata tersebut muncul jika kita menggunakan indikator teknikal seperti moving average. Pertanyaan selanjutnya, apa sih moving average itu? Moving average adalah indikator teknikal yang menunjukan pergerakan rata-rata sebuah saham pada periode tertentu.
Mengapa banyak analisis menggunakan moving average sebagai indikator? Karena indikator ini mempunyai beberapa fungsi seperti: membaca tren sebuah harga, bertindak sebagai resisten maupun support, dan sebagai target harga sebuah kenaikan ataupun penurunan harga.
Nah moving average ini ada beragam jenis, seperti Simple Moving Average (SMA), Exponensial Moving Average (EMA), dan Weighted Moving Average (WMA). Kira-kira apa perbedaannya?
1. Simple Moving Average (SMA)
Yang pertama adalah Simple Moving Average. Ini adalah moving average versi paling sederhana dan paling sering digunakan. Sederhananya, Simple Moving Average didapat dari total seluruh harga di periode tertentu dibagi jumlah periodenya. Contoh: MA100, artinya total harga penutupan dalam 100 hari dibagi dengan 100 (periodenya).
Untuk lebih jelasnya bisa kalian lihat pada gambar di bawah ini.
Contohnya seperti saham ITMG, dengan indikator moving average yang masing masing berperiode 200 (merah), 100 (biru), 50 (hijau). Terlihat bahwa saham tersebut sedang berada pada fase uptrend yang ditandai dengan rangkaian MA secara konsisten mengarah ke atas mengikuti harga sahamnya.
2. Exponensial Moving Average (EMA)
Yang kedua adalah Exponensial Moving Average. Pergerakan Exponensial Moving Average ini lebih sensitif terhadap harga saham karena terdapat pembobotan pada harga terbaru yang ada. Cara perhitungannya adalah mengalikan harga penutupan terakhir dengan rasio bobot eksponensial X dan menambahkannya ke (1 – X) rata-rata yang sedang berjalan.
Pusing cara menghitungnya? Tenang, kamu ga perlu repot-repot ambil kalkulator dan menghitung rumus di atas karena penyedia chart sudah membekali dengan indikator EMA. Jadi kamu tinggal pasang aja di chart masing-masing.
Kamu bisa lihat chart di atas, ini merupakan contoh menggunakan Exponensial Moving Average (EMA) di saham yang sama, yaitu ITMG
3. Weighted Moving Average (WMA)
Dan yang terakhir adalah Weighted Moving Average. Hampir sama seperti karakter MA nomor 2, WMA memberikan pembobotan yang lebih besar pada harga terbaru dibanding dengan harga sebelumnya sehingga moving average jenis ini lebih sensitif terhadap harga saham. Kamu ga perlu pusingin cara ngitung WMA, karena penyedia layanan charting sudah menyediakan indikator ini.
Nah contoh seperti gambar di atas, kita menggunakan indikator WMA dengan saham yang sama yaitu ITMG.
Sekarang yuk kita coba lihat lebih detail antara SMA, EMA, dan WMA, mana yang lebih sensitif terhadap pergerakan harga saham?
Contoh pergerakan saham ITMG dengan menggunakan indikator SMA (Biru), EMA (merah), dan WMA (Hijau) berperiode sama, yaitu 50. Perbedaan dari ketiga MA ini adalah:
- Moving average yang paling sensitif terhadap harga adalah EMA dan WMA.
- WMA lebih ‘sensitif’ terhadap pergerakan harga daripada EMA.
- Moving average yang paling lama merespon harga saham adalah SMA dan juga nilainya paling jauh jika dibandingkan EMA dan WMA.
Bagaimana, kamu udah tau jenis-jenis MA di atas kan? Kalo kamu lebih cocok pakai yang mana?