
Apa itu Waran Terstruktur (WT)?
Mungkin banyak dari kita yang belum paham dengan instrumen yang satu ini. Jadi Waran Terstruktur adalah sebuah efek yang memberikan hak kepada pembelinya untuk mengeksekusi suatu saham di harga tertentu dengan waktu jatuh tempo yang sudah ditentukan dan penyelesaiannya dilaksanakan secara tunai. Jadi mirip option ya. Lalu apa bedanya dengan waran perusahaan? Berikut adalah tabel perbedaannya.

Terdapat 2 jenis WT, yaitu Call (profit jika aset acuan naik) dan Put (profit jika aset acuan turun)
Lalu apa tujuan kita membeli WT ini?
- Call: leverage atau daya ungkit
- Put: hedging atau lindung nilai
Yuk kita langsung praktikkan. Kita ambil ulasan #SatuMingguProfit di AKRA (diulas tanggal 19 Maret secara publik) dan ANTM (diulas tanggal 10 April secara private hanya di grup Profit Trader Club).
Contoh Kasus AKRA

Trading plan kita di ulasan AKRA adalah
Buy on Weakness di area 1090
Sell on Strength di area 1160-1260
Cut Loss jika AKRA bergerak di bawah area 1090
Skenario 1: membeli langsung saham AKRA 1 lot

Skenario 2: membeli WT Call AKRADRCQ5A untuk leverage
Saat itu WT AKRADRCQ5A dihargai Rp 19. Maka dengan modal yang kurang lebih sama (Rp 108,300), kita dapat membeli 57 lot.

Dengan Efek Pengungkit sebesar 3.9x, jika AKRA naik 1%, AKRADRCQ5A berpotensi naik hingga 3.9%. Ketika AKRA berada di level Rp 1160, WT-nya dihargai di level Rp 23.

Skenario 3: membeli WT Call AKRADRCQ5A agar modal yang dikeluarkan lebih rendah
Untuk mendapat eksposur kenaikan yang sama dengan AKRA (jadi ketika AKRA naik 1%, “posisi” WT kita juga naik 1%), lot AKRADRCQ5A yang harus kita beli adalah
Modal/(Efek Pengungkit x Harga WT) = Rp109,000/(3.9 x 19) = Rp109,000/74.1 = 1471 lembar atau 15 lot (pembulatan).

Jadi keuntungan yang kita dapatkan adalah

Contoh Kasus ANTM
Sekarang kita cek ANTM. Terlihat pada grafik di bawah, ANTM mengalami technical rebound setelah mencapai area swing low 1410. Jika dilihat dalam beberapa bulan ke belakang, ANTM cenderung bergerak sideways. Dengan begitu jika sudah Buy on Weakness di swing low, langkah selanjutnya adalah lakukan Sell on Strength di swing high ketika ANTM berhasil rebound.

Skenario 1: membeli langsung saham ANTM 1 lot

Skenario 2: membeli WT Call ANTMDRCQ5A untuk leverage
Harga ANTM di Rp 1410 itu ekuivalen dengan harga ANTMDRCQ5A di Rp 35. Maka dengan modal yang kurang lebih sama
(Rp141.000), kita dapat membeli 40 lot.

Dengan Efek Pengungkit sekitar 3x, jika ANTM naik 1%, ANTMDRCQ5A berpotensi naik hingga 3%. Lalu ketika ANTM berada di level 1610 (swing high-nya), WT-nya dihargai di level Rp 55 (best bid).

Jadi keuntungan yang kita dapatkan adalah

Skenario 3: membeli WT Call ANTMDRCQ5A agar modal yang dikeluarkan lebih rendah
Dengan menggunakan formula yang sama seperti AKRA, yaitu modal/(Efek Pengungkit x harga WT), maka didapatkan lot pembeliannya adalah sekitar 13 lot.

Jadi keuntungan yang kita dapatkan adalah

Risiko Waran Terstruktur
Setelah sebelumnya kita membahas bagaimana cara kerja WT dan keuntungannya, tidak lengkap rasanya jika tidak membahas dari sisi risikonya.
Kita akan bahas 2 dari beberapa risiko yang harus diperhatikan, apa itu?
- Risiko daya ungkit (leverage)
- Rentang hidup
Risiko daya ungkit (leverage)
Pada skenario membeli AKRA dengan WT Call AKRADRCQ5A untuk leverage, keuntungan yang kita dapatkan adalah 3.3x lebih besar dibanding keuntungan membeli saham AKRA (Rp 22,800 vs Rp 7,000 atau 21% vs 6%).
Nah dibalik keuntungan yang besar terdapat pula risiko yang sama besar. Jika ternyata AKRA turun sebesar -6%, WT AKRADRCQ5A kita akan turun sebesar -21%, atau turun 3.3x lebih besar dibanding penurunan AKRA.
Jadi daya ungkit bekerja seperti pedang bermata dua, dalam posisi naik bisa memberikan kenaikan yang berganda. Namun ketika turun akan memberikan penurunan yang berlipat ganda juga.
Risiko rentang hidup
Risiko yang kedua adalah rentang hidup. WT memiliki tanggal kedaluwarsa. Semakin dekat tanggal kedaluwarsa, maka nilainya semakin berkurang. Kondisi tersebut dikenal dengan istilah Peluruhan Waktu atau Time Decay of Option.
Apa dampak dari peluruhan waktu? Artinya ada harga yang harus dibayar (time decay) ketika memegang WT, biasanya ketika melewati hitungan 1 hari.
Beberapa catatan mengenai Time Decay:
- Nilai waktu akan turun dengan cepat dalam 30 hari terakhir menuju kedaluwarsa.
- Investor sebaiknya memahami apa itu nilai waktu sebelum melakukan pembelian WT, mengingat adanya biaya yang akan tergerus secara harian. Penurunan nilai waktu ini disebut Theta.
- WT lebih ditujukan untuk tujuan transaksi (trading). Namun jika investor ingin menggunakan WT untuk investasi jangka lebih panjang, maka pilih WT yang saham dasarnya sedang tren naik (bullish trend) untuk call dan sebaliknya untuk put.
- Time decay adalah “musuh” jika saham acuannya sideways karena harga saham tidak kemana-mana tapi harga WT kita tiap hari tergerus theta.
- Dengan begitu harga WT akan cenderung turun atau downtrend dari waktu ke waktu.
Gambar di bawah adalah ilustrasi Peluruhan Nilai Waktu.

Gambar di bawah dan yang dilingkari merah:
- Nominal rupiah yang menggerus harga WT secara harian, atau
- Jumlah cost/biaya/premi yang dibayarkan harian sehingga pada akhirnya menggerus harga WT

Dengan theta sebesar -0.1466, asumsi harga WT adalah 20, maka terdapat sisa 20/0.1466 = ±136 hari sebelum harga WT tersebut menjadi 0 atau worthless.
Contoh efek time decay, harga BBNI menguji area yang sama 3x (panah merah) namun harga WT-nya malah membentuk high yang lebih rendah (lower high).

Data WT didapat dari sini. Sumber tulisan didapat dari eBook waran terstruktur oleh RHB Sekuritas dan Finansialku.
Jadi sudah paham kan risiko serta potensi keuntungan dari WT ini? Apakah kamu tertarik trading WT juga?