Mungkin banyak dari Kamu yang pernah mengalami ini, dibilang begini, atau berpikir akan seperti ini. Saham yang lagi turun, hold aja. Nanti juga naik lagi.
Kita simpan bareng – bareng sampai saham delisting memisahkan kita:p
Ini artinya kamu, atau dia yang ngomong, sedang membela diri, denial, tidak bisa menerima kenyataan. Kalau sahamnya sudah turun, dan Kamu masih punya saham ini, maka kamu udah melakukan kesalahan. Kesalahannya biasanya ada dua macem:
- Salah pilih saham (saham yang ga terlalu oke atau bahkan saham gorengan)
- Salah strategi & eksekusi(maunya beli saham uptrend, gagal uptrend, tidak melakukan stoploss)
Hati – hati yah. Pola pikir di atas itu sangat berbahaya apalagi berakhir dengan pendapat: Ah gue invest aja deh. Saham kan jangka panjang. Turun jangka pendek gapapa lah. Ini namanya kamu trader bunglon; sorry not to offense. Mindset seperti ini yang menjadikan banyak trader yang tidak ‘survive’ di pasar modal. Dan berakhir dengan persepsi yang sangat negatif.
Ini semakin menjadi negatif jika Kamu sekedar mengikuti kata orang, iming – iming orang, atau pom – pom saham dari pihak tertentu. Terlihat begitu menggiurkan tapi nyatanya berbahaya.
Kamu yang mengambil keputusan jual beli, jangan asal – asalan.
Kamu yang memberikan rekomendasi jual beli, jangan asal – asalan.
Kamu yang mengelola dana, jangan asal – asalan.
Responsible Advisory
Kami selalu mengedepankan hal ini: Responsible Advisory. Kami memiliki tanggung jawab terhadap dana yang kami kelola, kami juga bertanggung jawab secara etika terhadap para follower kami. Tidak pernah kami ‘tega’ memberikan rekomendasi asal – asalan, tidak ada trading plan yang jelas, bahkan tidak pernah merekomendasikan saham gorengan.
Saham semacam ini, jika diikuti oleh kita sendiri, dengan dana sangat kecil, misalnya 50 juta, ya mungkin tidak ada masalah: Di beli gampang, di jual gampang. TAPI, jika rekomendasi semacam ini disebar ke publik, ke nasabah, disertai dengan iming – iming bisa naik lagi, kalau turun di hold aja, itu sama saja sebuah ETHIC VIOLATION.
Bayangkan, jika ada 500 follower, membeli saham gorengan yang direkomendasikan, dan masing – masing membeli dengan nominal Rp. 50 Juta. Total transaksi beli itu mencapai 25 Miliar! (ini belum termasuk orang yang sekali beli ratusan juta lho ya) Kamu tahu ga bagaimana analogi likuiditasnya di pasar?
Kalau misalnya harga sahamnya itu 2000, maka dana Rp. 25 miliar Rupiah akan ekuivalen sebanyak 125.000 lot. Bayangkan jika ketebalan BID & OFFER di saham ini hanya 2000 lot per fraksi harga, apa jadinya? 125.000 / 2000 = 62,4 level fraksi harga. Apalagi jika karena harga naik membuat penjual yang tadinya antri jual menarik antriannya, maka antrian sell yang tadinya 2000 lot (masing – masing fraksi harga, contohnya) menjadi hanya 500 lot. Wow, 125.000 / 500 = 250 fraksi harga. Dari harga Rp. 2000, naik 250 fraksi itu berapa banyak? Per fraksi itu Rp. 10 (level harga RP. 2000). Jadi Rp. 10 x 250 = Rp. 2500. Ini berpotensi mengangkat harga menjadi Rp. 2000 + Rp. 2500 = Rp. 4500. Siapa yang senang? Awalnya semua senang. Akhirnya, hanya penjual terbanyak yang senang:D
Ketika follower dari advisor yang tidak bertanggung jawab ini membeli, mungkin ga ada yang menjual dan mendistribusi saham yang sama? Well, alhasil para follower menjadi pahlawan: pahlawan akumulasi bagi yang mau melakukan distribusi.
Ini sebabnya, saham – saham ‘gorengan’ jika sudah naik banyak, turunnya bisa engga kira – kira. Bisa auto reject lah, bisa ARB lalu ARA lah, bisa setiap hari turun lah, dan akhirnya KALAU kita bilang: SIMPEN AJA, nanti juga naik lagi, maka kita sedang menggali kubur sendiri, dan menghancurkan kredibilitas kita sebagai trader. Lakukan cutloss adalah tindakan yang bijak.
Jangan pernah sembunyi di balik kalimat di atas. Karena kita sebagai trader pun harus menerapkan prinsip: responsible trade terhadap dana pribadi kita bukan? Uang kita bukan uang jatuh dari langit. Walau uang warisan sekalipun, itu bisa jadi didapat dengan perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa dari orang tua / nenek moyang kita. Jangan asal – asalan lah dalam bertransaksi, Jangan ngasal dalam ngajak – ngajak orang. Lebih penting lagi, jangan asal – asalan dalam merekomendasi.
Uang Kamu mungkin udah direlakan hilang, tapi apa jadinya jika uang itu dibelikan barang untuk pasangan kamu? Untuk keluarga? Untuk anak – anakmu? THNK.
Ada komentar? sampaikan di kolom comment di bawah ini ya
Pahami pasar lebih mendalam bersama GS Institute.
GS Institute memberikan insight yang berstandar institusi.
Setiap event kami dibawakan dengan materi yang sangat relevan dengan pasar dan tentunya menggunakan sudut pandang yang berbeda dari yang lain.
Prepare the End of Year Rally with IoGS