Metode swing strategy akan sangat cocok kalau sahamnya lagi di fase konsolidasi. Ingat ketika market lagi di fase seperti ini kamu gabisa melakukan buy & hold apalagi kalau kamu pakai metode breakout buy.
Lalu bagaimana caranya kita tau kalau sahamnya lagi di fase konsolidasi?
Kamu bisa pasang indikator trend optimizer di Tradingview Anda. Jika trend color menunjukan banyak warna (alias gado – gado), maka saham ini lagi di fase konsolidasi. Jika kita memakai metode trend following di kondisi seperti ini, maka Kita akan lebih sering kena false break.
Seperti contoh grafik di atas, swing strategy menjadi opsi trading yang pas di saham BULL. Kalau harganya turun ke area support, maka trading plan nya adalah buy on weakness (panah biru). Lalu kapan kita jualnya? Ketika harganya rebound ke area resisten (panah merah).
Tapi bagaimana kalau sahamnya uptrend? Nah Kamu jangan trading pakai metode buy low sell high. Metode yang paling cocok ketika sahamnya uptrend adalah menggunakan metode trend following. Buy & hold aja selama sahamnya uptrend.
Jika kita pakai metode ini, maka profit yang kita dapatkan bisa maksimal.
Seperti contoh saham TMAS di atas, buy & hold selama sahamnya uptrend adalah pilihan yang tepat dibandingkan metode swing strategy. Beli ketika breakout resisten (panah biru) dan baru jual ketika harganya breakout support (panah merah).
Bagaimana cara kita tau kalau saham ini layak untuk buy & hold?
- Cek historisnya ketika rally. Biasanya saham yang cocok untuk trend following adalah ketika harganya lagi di fase uptrend. Supportnya terus membentuk higher low (panah orange).
- Ketika sahamnya sedang rally, biasanya trend optimizer menunjukan warna biru yang lebih solid, tidak gado-gado (box orange).
Bagaimana, jadi Kamu sudah tau cara pakai swing strategy dan trend following?
Indikator yang kamu lihat di grafik adalah RS+ Module (Swing strategy) dan RS Module (trend optimizer) dari Profit Trader Module (PTM) Galerisaham yang bisa Kamu dapatkan langsung dari membership GSPRO.