Idealnya, sehabis dibeli, harga saham Anda naik. Setelah dijual, harga sahamnya turun. Dan Anda bisa beli lagi di harga yang lebih rendah, untuk dijual lebih tinggi. Buy low & Sell High. Ini dilakukan terus menerus, Untung sedikit tidak apa – apa. Seperti kalanya berdagang, margin tipis tapi turnover tinggi, lama – lama juga menjadi bukit. Konsep ini menjadi hal yang lumrah bagi para trader saham menyamakan objek yang jauh berbeda ini dengan barang dagangan di toko. Saham bukan barang dagangan. Saham adalah perusahaan yang tumbuh & berkembang, atau perusahaan yang bobrok dan terus merugi.
Nah, dari aktivitass di atas, buy low sell high, otomatis setiap trader akan mencari level support untuk melakukan pembelian, dan level resisten untuk menentukan penjualan.
- Hubungkan 2 titik terendah, itu adalah support.
- Hubungkan 2 titik tertinggi, itu adalah resist.
Jika Anda merupakan trader yang tahu & mengerti metodenya, maka Anda akan tunggu terbentuk H1 & H2, serta L1 & L2 untuk bisa mengambil keputusan buy low sell high bukan?
- Pertanyaan I: Sudah berlangsung berapa lama pembentukan high dan low di atas?
- Pertanyaan II: Jika Anda mulai transaksi di kotak area trading, apakah Anda bertransaksi di akhir konsolidasi?
Jadi, istilah: Dijual, naik. Dibeli, turun adalah akibat Anda membeli / menjual di akhir fase konsolidasi. Alhasil Anda mendapatkan hasil yang berlawanan dengan harapan Anda (baca: Naik dikit, dijual. turun banyak, di hold), dan kadang ada yang menyalahkan orang lain (broker, analis, bandar, asing, dan lainnya, dan dirinya yang benar)
Simak ulasan selengkapnya pada video di bawah ini ya. (Jangan lupa like (kasih jempol ke atas) videonya & subscribe youtube channel kami untuk mendapatkan update video terbaru khas GaleriSaham)