Harga saham SIDO sudah turun lebih dari 50% dari titik all time high-nya sejak 17 Maret 2022. Penurunan saham yang cukup tajam ini membuat kita bertanya-tanya, ada apa dengan SIDO?
Kinerja tahunan SIDO terus menunjukan adanya pelemahan sejak tahun 2021 (box merah). Proyeksi EPS SIDO 2023 pun juga menunjukan penurunan sebesar 29% atau sekitar 26. Kira-kira apa yang membuat harga saham SIDO turun terus?
Lemahnya Daya Beli Masyarakat
Terlihat dari grafik BPS di atas, kenaikan harga beras berdampak pada penurunan permintaan dan daya beli masyarakat. Konsumen berbelanja jadi lebih selektif dan lebih prioritas ke makanan di banding dengan produk kesehatan. Sehingga sangat wajar jika SIDO mengalami penurunan laba dan harga sahamnya pun mengalami koreksi.
Namun, apakah kita harus tau berita dan laporannya dulu, baru kita menjual sahamnya?
Jawabannya adalah tidak perlu. Kenapa? Karena harga saham bergerak lebih dulu dibanding keluarnya berita di lapangan.
Lebih jelasnya kita coba cek dari sisi grafiknya ya:
Kamu pasang dulu indikator MA50, MA100, dan MA200. Moving average ini menunjukan tren jangka pendek, menengah hingga panjang sebuah harga saham.
Terlihat bahwa sejak bulan Mei hingga Juli 2022, SIDO terus tertekan di rangkaian MA-nya. Dan ketika break MA200, plan kita adalah jual dan tidak punya saham ini. Sehingga jika harganya terus bergerak turun, kita sudah tidak memiliki saham ini di portfolio.
Kedua, coba lihat pergerakannya, apakah membentuk sebuah bearish pattern?
Jika kita cermati lebih detail, sebelum koreksi, SIDO sudah menunjukan bearish pattern-nya yaitu head & shoulder. Level neckline-nya pun juga berdekatan dengan area psikologis MA200.
Jadi udah keliatan kan, kalo breakout ke bawah area ini, maka trading plan kamu adalah jual dan sudah tidak punya saham ini. Ingat, kita membeli saham itu tujuannya cari untung, jadi kita harus trading saham yang lagi naik, bukan malah turun average down.