Banyak orang yang tergiur dengan istilah: trading for a living. Bisa resign dari pekerjaan, menutup toko yang merugi, dan mendapatkan yang dari transaksi saham. Tidak perlu bermacet – macetan di jalanan, tidak ada bos, tidak ada customer yang gila nawar, dll.
Tapi apakah trading for a living adalah pilihan untuk semua orang? Tidak. Ada beberapa hal yang perlu Anda penuhi terlebih dahulu sebelum trading for a living.
Ketika Anda mendengar istilah trading for a living, maka seperti kata penyusunnya: Trading = bertransaksi (dalam hal ini adalah: saham), for a living = Untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Anda memenuhi kebutuhan hidup dari trading saham. Keuntungan demi keuntungan dikumpulkan untuk mencukupi biaya bulanan bahkan biaya tahunan Anda. Disini Anda harus menghitung dulu, berapa biaya bulanan Anda.
Misalnya, Anda saat ini sebagai karyawan, gajinya Rp. 20.000.000,- / bulan. Maka, Anda harus mendapatkan nett profit dari trading saham sebesar itu bukan?
Berapa modal Anda?
- Jika modal Anda Rp. 100.000.000,-, maka Rp. 20.000.000,- didapatkan dengan keuntungan 20% per bulan! (ekuivalen 240% per tahun)
- Jika modal Anda Rp. 400.000.000,-, maka Rp. 20.000.000,- didapatkan dengan keuntungan 5% per bulan! (ekuivalen 60% per tahun)
- Jika modal Anda Rp. 1.000.000.000,-, maka Rp. 20.000.000,- didapatkan dengan keuntungan 2% per bulan! (ekuivalen 24% per tahun)
- Jika Modal Anda Rp. 2.000.000.000,-, maka Rp. 20.000.000,- didapatkan dengan keuntungan 1% per bulan! (ekuivalen 12% per tahun)
Apakah Anda sudah menghitung biaya hidup Anda dan modal yang Anda miliki untuk trading for a living? Bisa dilihat dimana semakin besar modal Anda, semakin mudah meraih target profit Anda. Dengan satu syarat: Pasar bergerak stabil setiap bulannya.
Apa jadinya jika dalam 1 tahun (12 bulan), pasar terkoreksi di bulan Maret s/d Mei, dan terkoreksi di bulan Agustus s/d Oktober? Apakah Anda bisa mencapai target kebutuhan dana bulanan Anda? Ini yang harus dipertimbangkan jika Anda menargetkan return dengan jumlah FIX setiap bulannya.
Akan lebih realistis jika Anda menghitung kebutuhan hidup tahunan Anda dan profit yang Anda kumpulkan Anda jadikan modal hidup Anda untuk tahun mendatang, bukan tahun sekarang.
Contohnya: Jika Anda tahun depan merencanakan menjadi full time trader, maka mulai 12 bulan sebelumnya, Anda sudah melakukan transaksi dengan modal tertentu, dan profitnya bisa Anda cairkan untuk menjadi modal hidup Anda tahun berikutnya. Tentunya profit setahun Anda dialokasikan untuk 12 bulan ya, bukan dihabiskan.
Misalnya, Anda tahun ini Anda mendapat profit Rp. 240.000.000,-. Maka jumlah itu cukup untuk biaya bulanan Anda tahun depan, dan tahun depan Anda mengumpulkan profit untuk tahun depannya lagi, bukan bulan berjalan. Disini, Anda akan tersingkatkan psikologis harus profit setiap saat karena Anda sudah mengerti kalau pasar itu berfluktuasi.
Jika Anda tahun ini mendapat profit Rp. 400.000.000,-, maka Anda bisa punya pundi – pundi untuk 20 bulan (bukan 12 bulan) kedepan untuk biaya hidup Anda. Dan di tahun depan, Anda bisa mengumpulkan profit dengan lebih santai. Jika pasar di tahun depan tidak terlalu bagus, dan profit Anda meleset, maka ada tabungan lebih dari profit di tahun sebelumnya.
Bagaimana jika tahun ini profit Anda hanya Rp. 100.000.000,-? Maka Anda tidak akan siap menjadikan trading for a living, karena performa Anda dibawah batas minimum Anda.
Disini Anda bisa lihat bahwa trading for a living itu penuh tantangan. Anda tidak bisa mendikte harga harus bergerak kemana. Anda hanya bisa mengumpulkan profit ketika pasar sedang bagus. Namun Anda juga berisiko menjual saham terlalu cepat karena terpancing memenuhi target profit bulanan Anda (simak ulasannya: Masalah klasik: Naik disikit, dijual. Turun banyak, di Hold). Ada unsur ketidakpastian disini.
Jika Anda punya pilihan, sebaiknya tetap jalani aktivitas (pekerjaan) anda saat ini namun dengan tetap melakukan transaksi saham berbasis tren. Ketika ada tren naik baru Anda ikuti / ambil posisi. Jika tidak ada tren naik, Anda menjadi penonton saja. (Simak video bagaimana metode analisa berbasis tren yang efektif disini).
Dengan demikian, anda punya sumber penghasilan lebih banyak, bukan dari gaji bulanan semata, namun dari transaksi saham Anda. Dan profit dari saham jangan digunakan untuk foya – foya, namun diinvestasikan di saham perusahaan yang rutin membagikan deviden untuk membentuk passive income Anda (baca: Waktunya Mencari Passive Income Dari Investasi Saham Anda). Dari sana, ketika passive income sudah menyamai kebutuhan bulanan Anda, Anda bisa memilih menjadi full time trader tanpa beban apapun.
Simak video kami mengenai full time trader di Youtube Channel GaleriSahamID dibawah ini. Selamat menyimak dan semoga Anda mengambil keputusan terbaik untuk diri Anda!