Dari technical desk GS PRO melihat sejak tahun 2008, IHSG terus bergerak rally. Namun bukan berarti tidak ada koreksi yang berarti. Beberapa kali IHSG mengalami market drop dimana terjadi penurunan mencapai -25% (kurang lebih) dari titik tertinggi sebelumnya.
Hal ini juga berarti berkali – kali IHSG turun menembus trendline kuatnya.
– Sebelum trendline hijau, trendline biru adalah major trendline .
– Sebelum trendline kuning, trendline hijau adalah major trendline .
– Sebelum trendline merah, trendline kuning adalah major trendline .
Sekarang trendline merah berpeluang ditembus (lagi ramai dibicarakan), namun apakah ini akhir dari segalanya? Oke, lihat historis pergerakan turun IHSG jika sebuah trendline major ditembus (lihat bubble / popup text), umumnya IHSG melanjutkan penurunan sebesar -15% hingga -17% setelah major trendline ditembus.
Tim GS PRO melihat bahwa koreksi major umumnya sebesar -25% (+/-) dari titik tertinggi, dan besarnya koreksi setelah major trendline ditembus adalah sebesar -17% (+/-).
Jadi, jika (jika: belum pasi akan break) IHSG gagal bertahan di atas major trendline saat ini di kisaran 5800, terbuka ruang penurunan ke kisaran 4800 (merepresentasikan penurunan -17% sesuai data historis).
Pasar bukan tempat bagi para trader yang tidak mau menjual ketika saham yang dibelinya gagal bergerak sesuai analisanya.
Pasar bukan tempat bagi para investor yang harga naik sedikit sudah buru – buru di jual.
Jika kita menjalani metode trend optimizer, maka kita hanya akan menyimpan saham ketika bergerak uptrend, dan tidak punya saham ketika harga bergerak downtrend.
Kuasai metode analisa teknikal berbasis trend optimizer untuk membantu menganalisa pasar dengan objektif. Analisa teknikal bermanfaat bagi trader yang ingin meraih keuntungan, dan berguna untuk investor fundamental yang ingin mendapatkan timing beli terbaik dalam kondisi pasar bullish maupun bearish. Simak 3 event mendatang kami di bawah ini (Semarang TAMPro, Jakarta STM, dan Online Course Profit Trader 1.0)