Januari Effect itu apa?
Saham Potensial ketika January Effect itu apa?

Well, January Effect Itu adalah optimisme di pasar menjadikan para pelaku memborong saham – saham.

Tapi saham yang mana? Jangan sampai salah pilih saham!

Photo by Tim Gouw from Pexels

Kami selalu mengingatkan dalam trading notes GS PRO+ kami bahwa kita WAJIB manfaatkan January effect sebaik – baiknya dan JANGAN salah beli saham. January effect bisa menyelamatkan kinerja portfolio setahun Anda lho.

Mengapa Demikian?

Jika Anda mengikuti report kinerja teknikal GS PRO kami sepanjang tahun 2019 (silahkan cek di tahun – tahun sebelumnya; tahun 2020 diabaikan karena krisis), kita tahu bahwa tahun 2019 adalah tahun yang berat bagi IHSG. Sepanjang tahun IHSG hanya tumbuh +1.7%, jauh dibawah deposito yang di kisaran 6%, jauh dibawah SUN di kisaran 8%, apalagi dibandingkan investasi bodong yang seminggu 7% #upss

Kinerja teknikal GS PRO sepanjang tahun 2019 mencapai +24.67% namun yang menarik adalah bulan Januari 2019 menyumbang +15.30% sendiri. Karena tahun 2019 itu tahun lesu bagi IHSG, jadi 11 bulan setelah Januari sekedar memperjuangkan return 9% saja (24% – 15%). Ingat, ini sudah menghitung unrealized loss & fee transaksi lho ya.

GS PRO adalah trading plan internal GaleriSaham berbasis trend optimizer


Jika return bulan Januari 2019 kemarin tidak maksimal, percayalah, tahun 2019 itu penuh frustasi. Ini juga yang menjadi penyebab return reksadana – reksadana saham Anda sepanjang 2019 kebanyakan negatif (tidak memasukkan reksadana bermasalah ya). Perusahaan asset management begitu bekerja keras mengalahkan indeks yang hanya tumbuh 1.7%, (yang berakhir banyaknya masalah) jelas ini jauh lebih susah daripada ketika pasar bullish.

Jika pun tahun tersebut sangat bagus, lumayan kan di bulan Januari saja sudah mendulang untung yang lumayan signifikan? Profit? Why not.

Oke, kesimpulannya: maksimalkan January Effect!

January Effect biasanya lebih OK daripada Window Dressing!


Jika di akhir tahun istilahnya: Window Dressing
Di awal tahun itu istilahnya: January Effect

Window dressing adalah upaya dari para pengelola dana / portfolio untuk memoles kinerja portfolio mereka dalam periode tertentu dan umumnya di akhir tahun kalender. Mereka umumnya membeli saham potensial tahun depan pada akhir tahun berjalan dan upaya mereka membuat kinerja fund mereka lebih baik lagi di akhir tahun sehingga reportnya positif.

January effect adalah sentimen optimisme bahwa tahun baru membuka peluang baru dan semangat baru di pasar (ditandai dengan IHSG yang cenderung bergerak naik) sehingga melanjuti fase window dressing yang sudah positif, January Effect merupakan lanjutan dari window dressing tersebut. Ibaratnya, awal tahun fitness center rame kan? Sampe ngantri mau pake alat. Dan itu Januari doang. Sisanya, struggle, mau brangkat aja males.

Tapi ada perbedaan karakter antara Window dressing dengan January Effect

Kembali ke pengertian di atas, maka ketika akhir tahun, agar fund / portfolio bisa optimal, maka saham yang diborong para fund manager adalah saham – saham unggulan penggerak indeks. Lebih baik memborong saham yang jumlahnya sedikit tapi total porsinya (pengaruh) besar terhadap IHSG daripada saham yang jumlahnya banyak tapi kecil – kecil. Ingat, tujuannya kan mempercantik kinerja. Jadi bayangkan prinsip Pareto aja.

Jadi, umumnya Window dressing itu panggungnya saham – saham unggulan atau yang sering kita sebut sebagai saham bluechip.

January effect panggungnya siapa?

Coba Anda bayangkan, ketika saham unggulan yang dibeli harganya sudah naik, maka yang dilakukan selanjutnya apa? Profit taking bukan? Kalau para fund manager profit taking sebagian saham – saham bluechip mereka, apa yang selanjutnya mereka beli? Bluechip lagi? Tentu tidak.

Yang mereka lakukan adalah memilih saham lapis kedua yang potensial bisnisnya dan harganya masih cenderung murah (belum banyak naik). Nah ini yang menarik.

Coba bayangkan, dana 500 miliar beli saham semacam BBRI dengan kapitalisasi 550 Triliun atau 550.000 miliar, tentu 500 miliar ga terlalu kerasa kan?

Tapi ketika mereka membeli saham lapis kedua dengan dana yang sama (misalnya), seperti contoh membeli saham BBTN dengan kapitalisasi 22 Triliun atau 22.000 miliar, tentu efek pembelian akan menjadikan harga saham BBTN bisa naik jauh lebih menarik daripada BBRI bukan? (ini hanya ilustrasi ya, bukan berarti stock pick besok itu BBTN).


January Effect: Pasar Profit Taking Bluechip & Beli Middle Cap.

Dari hal di atas, maka masuk akal kan kalau potensi keuntungan di January Effect itu lebih menarik daripada Window Dressing. Kuncinya ada 3:

  1. Pilihan saham Anda harus tepat. Ingat, walau rata – rata saham naik, tidak semua bisa rally panjang. Fokus pada yang bisa rally panjang.
  2. Jangan harga naik sedikit langsung dijual lalu dibelikan saham belum naik. Mending simpan terus saham bullish Anda dengan metode yang jelas.
  3. Harus pakai metode trend optimizer, jangan buy low sell high apalagi daytrading.

Demikian strategi untuk memaksimalkan January Effect dan memulai awal tahun dengan positif dan profitable. Jangan sia – siakan dengan trading cepat, salah pilih saham, kecepetan jual, dan beli saham – saham downtrend. Pilih winning stock, bukan loser.

Free Newsletter

Segera daftarkan email anda ke mailing list kami untuk memperoleh informasi & rekomendasi saham terbaru via email setiap hari secara gratis (tanpa syarat apapun)

Pendaftaran berhasil - Cek email anda untuk proses verifikasi